Oleh : Badrut Tamam Bukhori
KH Mahrus Ali Lirboyo, ulama' karismatik dan
merupakan sosok ulama' khos yang sangat ditakdimi dan disegani oleh kalangan Nahdiyyin,
pada tahun 1986 di saat gencar-gencarnya NU untuk kembali ke-khittoh dan
menarik diri dari partai politik sekaligus kembali menjadikan ormas NU sebagai
sentral keagamaan masyarakat, peran KH Mahrus Ali merupakan salah satu tokoh
sentral di balik Khittoh situbondo bersama KH.R. As'ad Syamsul Arifin
(Situbondo) dan KH Ali Maksum (Yogyakarta).
KH Mahrus Ali terlahir dari kalangan keluarga
Pesantren di Jawa Barat dan dipesantren tempat kelahiran beliau inilah
kentalnya pembelajaran Ilmu agama membawa kepribadian seseorang terhadap
terangnya peradaban Islam Nusantara. kajian kitab klasik (kitab kuning) menjadi
konsumsi keseharian kaum santri. maka tidak heran disaat masih remaja, Mahrus kecil
sudah hafal Alfiyah 1000 bait.
KH Mahrus Ali lahir di Dusun Gedongan Kab Cirebon
Jawa Barat, dari pasangan KH Ali bin Abdul Aziz dan Nyai Hasinah Binti
Said pada tahun 1906, pada masa kecilnya dikenal dengan nama Rusdi dan
merupakan anak Bungsu dari sembilan saudara, dan kakaknya yang dikenal KH Afif
terlahir sebagai seorang yang cinta dan mempunyai kegemarannya dibidang ilmu pengetahuan, KH
Mahrus Ali belajar langsung kepada kakaknya dan Ayahnya KH Ali.
Suatu ketika dipesantren tempat KH Mahrus Ali,
diadakan lomba debat kitab kuning dan khazanah Ilmu pesantren tersebut menjadi
suatu dinamika yang mampu mempengaruhi bakat belajar yang kental akan ilmu
tentang kepesantrenan, KH Mahrus Ali pada saat itu ikut serta dalam perlombaan
tetapi beliau kalah dan merasa malu sebagai seseorang yang terlahir dari
keluarga Pesantren. atas hal itu, Mahrus Ali berpamitan kepada keluarganya
untuk pergi meninggalkan pesantrennya dan menuntut ilmu ditempat yang lain.
Seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya hanya
bisa merestui keinginan baik dari mahrus kecil dan sangat menghawatirkan
keberadaanya kelak sebagaimana Ibu yang melahirkan dan membesarkan dengan
kecintaannya akan titipan Allah SWT. Sepanjang waktu dalam setiap detiknya
bermunajat untuk memohon agar Mahrus menjadi seseorang yang alim akan Ilmu
agama.
Setelah bepergiannya, KH Mahrus Ali dari tanah
kelahirannya untuk menuntut Ilmu dari pesantren kepesantren sebagaimana
kebiasaan santri yang kental dan gemar akan pembelajaran Ilmu (Utlhubu al-Ilma Wa Lawbissin), dipesantren
yang akan disinggahi oleh KH Mahrus Ali kecil tersyiar dikalangan santri, akan
datang seseorang yang waktunya dia merupakan orang yang sangat alim dan ahli
dalam bidang Fiqih dan Nahwu.
Perjalanan menuntut ilmu KH Mahrus Ali sudah mulai
teruji dan tampak pada keseharian dunia Pesantren dan hal tersebut tidak membuat
Mahrus Ali berbesar hati dan tetap dengan ketawwadhu’an sebagaimana dalam
ajaran kitab Ta’limul Muta’allim menjadikan
beliau seseorang yang sangat di segani kealimannya, dibawah asuhan gurunya KH
Kholil pengasuh Pondok
Pesantren Panggung Tegal Jawa Tengah, yang nyantri pada tahun 1929.
Sekitar lima tahun dipesantren Panggung Tegal Jawa
Tengah, KH Mahrus Ali memperdalam ilmu agama dan pernah menjadi lurah
pesantren, beliau berpamitan kepada Gurunya untuk kembali ke Cirebon, dan
ketika KH Mahrus Ali pulang ditempat kelahirannya, tidak lama dari tempat dia
berdiam, kehendak untuk memperdalam Ilmu masih tidak bisa dinafikan, hingga
beliau berpamitan kepada keluarganya untuk kembali bermusyafir kepesantren yang
lain.
Do’a dari seorang Ibu untuk anaknya agar menjadi
seseorang yang alim pada masanya terus mengalir, bak alunan surga yang tak
hentinya mendiami kehidupan seorang santri dalam mendalami kedalaman Ilmunya,
hingga disaat Mahrus Ali nyantri dan hendak tabarrukan dengan seorang ulama’
pada tahun 1936 M, di Pondok Pesantren Lirboyo Jawa Timur, yang merupakan pesantren
besar dan tertua, yang kental dengan dunia salafnya dan produktif dalam dunia
penulisan dan nalar logika, Mahrus Ali sangat disayang dan segani atas kealiman
oleh Gurunya KH Abdul Karim.
Hingga pada tahun 1938 M, di Pesantren Lirboyo, keseganan Guru dan kecintaan menjadikan Mahrus Ali di angkat menjadi menantunya oleh KH Abdul Karim dengan seorang wanita sholehah dengan nama Zainab dan pada suatu masa dari seorang ibu tersebut terlahir keturunan sebagai seseorang yang alim, pemimpin dan ulama’ Nusantara, dengan do’anya mengalir alunan surga dalam keindahan Ilmu Agama..
KH Mahrus Ali dan Perjuangan NKRI
Hingga pada tahun 1938 M, di Pesantren Lirboyo, keseganan Guru dan kecintaan menjadikan Mahrus Ali di angkat menjadi menantunya oleh KH Abdul Karim dengan seorang wanita sholehah dengan nama Zainab dan pada suatu masa dari seorang ibu tersebut terlahir keturunan sebagai seseorang yang alim, pemimpin dan ulama’ Nusantara, dengan do’anya mengalir alunan surga dalam keindahan Ilmu Agama..
KH Mahrus Ali dan Perjuangan NKRI