PONDOK PESANTREN API TEGALREJO MAGELANG


Pondok Pesantren Api Tegalrejo Magelang Jawa Tengah, merupakan Pondok Pesantren yang berdiri pada tahun 1944 M oleh KH Chudlori, ulama' kharismatik yang sangat disegani kealimananya dan dibelaian sang guru inilah lahirnya pemimpin, bangsawan, budayawan sebagaimana KH Abdurrahman Wahid (Presiden RI ke-4) pernah nyantri di pesantren ini, dan juga hingga saat ini terdapatnya ribuan santri yang mengenyam pendidika di Pondok API Salaf Tegalrejo.

Nama Pesantren Api Tegalrejo ini menunjukkan cikal bakal berdirinya pesantren dan letak geografis pesantren ini berdiri, nama API merupakan singkatan dari Asrama Perguruan Islam, Adapun Tegalrejo merupakan tempat berdirinya pesantren ini, yang berada disebuah desa yang dikenal dengan nama pesantren. sebagaimana pesantren pada umunya, nama tempat berdirinya pesantren tersebut menjadi suatu hal yang mengawali Pribuisasi Islam Pesantren yang mengakar pada Masyarakat Desa.

Pesantren salaf-modern ini merupakan latar belakang dari perjuangan KH Chudlori terhadap jihat li I'lai Kalimatillah dimana pada saat itu kondisi masyarakat tegalrejo tidak tertata akan nilai-nilai rohani dan jauhnya dari nilai-nilai islami dalam prilaku sosial, sehingga membuat rusaknya moralitas masyarakat dan melambungnnya kesyrikan.

Dari sinilah, kalimat jihat Li I'lai Kalimatillah mengawali terbentuknya Pesantren Tegalrejo, nama pesantren ini di ambil setelah KH Chudlori melakukan Istikhoroh dan beberapa pendapat dari para ulama' lainya untuk menetapkan pundi-pundi agama yang pada masanya berdiri tegak sebuah arsitektur pendidikan Islam Nusantara (Pesantren) API Salaf Tegalrejo.

setelah berdirinya Asrama Pendidikan Islam Tegalrejo, pada mulanya santri di pesantren ini hanya berjumlah delapan Orang, tetapi hal tersebut tidak menghilangkan semangat Jihat Kyai Kholori dalam menyebarkan kalimat Allah SWT, hingga tiga tahun kemudian pesantren Api Tegalrejo jumlah santri bertambah pesat menjadi sekitar 300 santri yang di iringi oleh semangat masyarakat sekitar untuk memondokkan putranya, bermukim dan belajar didalam Pesantren.

hiruk-pikuk perjalan Pesantren Tegalrejo mulai mengalami kendala yang besar sebagaimana pesantren-pesantren tua yang lainya, pada tahun 1948, terjadi agresi meliter Belanda di Indonesia, dan pesantren ini menjadi target dari belanda sehingga menghanguskan bangunan Pesantren  menjadi rata oleh tanah dan sejumlah kitab-kitab milik KH Chudlori dibakar oleh pihak Belanda.


walaupun Hancurnya Bangunan Pesantren dan terhagusnya kitab-kitab milik KH Chudlori dalam mengamalkan ilmu kepada santri, hal tersebut tidak mematahkan semangat  KH Chudlori dalam memberikan ta'lim kepada santrinya dengan cara berpindak kesuatu tempat yang tidak dikuasai oleh Pihak Belanda, seperti itulah Ilmu tidak akan hilang dan terus bertambah hingga menyatu dengan seorang yang alim menjadi satu kesatuan pondasi kehidupan seorang ulama'.

pada tahun 1949, di saat pasca kemerdekaan NKRI mampu mengusir penjajah di tanah air dan terciptanya kedamaian terhadap masyarakat, KH Chudlori merintis kembali pesnatren tegalrejo dengan tetap memberikan ta'lim kepada santri dan hingga sampai pada tahun 1977 jumlah santri tegalrejo mampu mencapai 1500-an. dan pada tahun 2016 ini dipesantren tegalrejo terdapat ribuan,santri yang belajar dipesantren tegalrejo dan ribuan alumninya menyebar di Nusantara. sebagimana kehadiran Presiden RI Joko Widodo pada mumentum Isro' Mi'roj pada tanggal 3 mai 2016, yang di hiasi dengan hiburan ala santri dan ketenagan lahir bathin.


Comments
0 Comments