NASI HULLUL, ISTILAH PARA PENIKMAT TAKJIL (PPT) SANTRI DI PESANTREN SUKOREJO


Hullul di Pesantren, Ngabuburitnya Santri. Pesantren yang merupakan sebagai basis intelektual Agama, anak didiknya (santri) hampir dari semua daerah di Indonesia,  pada bulan Rhomadon pengajian kitab kilat selalu menghiasi keberkahan bulan puasa dan dinikmati oleh sebagian satri yang tidak pulang kerumahnya disaat libur panjang peantren hal ini merupakan metode ngabuburit santri dalam keseharian, sebagian yang lain mengunakan waktu sorenya dengan ber-olahraga dengan sarung.

Ada keunikan tersendiri di setiap pesantren pada bulan puasanya, di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo, pada bulan puasa santri yang tidak pulang disuguhkan dengan nasi hullul menjelang buka puasa. nasi hullul merupakan istilah dipesantren yang merupakan nasi jagung dengan sayur saja di hidangkan untuk santri yang ngabuburit tersebut.

Setiap sore ba'da pengajian kitab kuning di Mushollah Ibrahimi Sukorejo tersebut, sontak akan terdengar teriakan suara Hulul.. hullul hullluuuul....hullulll....  (ungkap petugas pesantren tersebut), dan pada saat itulah dengan seketika para santri berlari dengan membawa Mangkok, Wajan hingga Ember cucian untuk di gunakan sebagai wadah nasi hullul tersebut.

Bagi santri adanya nasi hullul ini merupakan keberkahan tersediri, disamping sebagai persiapan buka puasa juga di gunakan untuk persiapan sahur nanti, menurutnya nasi hullul merupakan bagian dari aroma dan titisan barokah para gurunya. dengan adanya nasi hullul ini, kebahagian santri untuk menikmati buka puasa merupakan kebahagian tersendiri yang jauh dari sanak famili atau keluaga di rumah sana.


Asal mula adanya nasi hullul di pesantren Sukorejo ini sudah sejak lama, konon diceritakan bahwa kebiasaan ini sudah mentradisi bagi kalangan pesantren, dan merupakan hal yang harus dilakukan demi menjaga nilai-nilai leluhur para sesepuh pesantren dan juga bagian dari untuk memudahkan para santri untuk menyiap buka puasa.

BIOGRAFI KH. M BASHORI ALWI MURTADLO (SINGOSARI MALANG)

www.piqsingosari.com
KH. M Bashori Alwi Murtadlo, ulama' Al-Qur'an dan kekaromahannya merupakan titah Do'a dari para kekasih Allah yang merupakan Gurunya dalam belajar Agam dan Al-Qur'an. ( foto dari www.piqsingosari.com)


KH. M Bashori Alwi Murtadlo, merupakan tokoh islam yang dikenal dengan kefasihan dan kemashurannya sebagai sang Guru dalam ilmu Al-Qur'an, lahir dari keluarga yang mencintai Al-Qur'an di Singosari dari pasangan Kyai Alwi Murtadlo dan Nyai Riwati pada tanggal 7 April 1927 di Singosari Malang.

Sejak kecil Bashori Alwi sudah di tanamkan Al-Qur'an dan belajar langsung kepada ayahn dan kakanya, disamping itu pendalaman Al-Qur'an juga belajar kepada beberapa dari seorang gurunya yang alim pada saat itu, seperti belajar Kiai Mudith yang merupakan penghapal dari Sidogiri dan pernah belajar di pesanteran Salafiyah Solo dan bahkan ketika beliau sudah berkeluarga beliau belajar langsung kepada Kyai Abdul Karim di Gresik.

Adapun nada-nada Al-Qur'an tentang metode, irama baca Al-Qur'an beliau belajar langsung kepada Kiai Damanhuri Malang, Kiai Raden Salimin Yogya dan belajar dari kaset-kaset keluaran mesir dari seorang qori' Syekh Sindiq Alminsawi, semua itu di lakukan atas kecintaannya terhadap Al-Qur'an.

Perjalanan pesantren Kyai Bashori Alwi dalam menuntut ilmu ibaratnya seorang musyafir yang menekuni kehidupannya dengan seksama, karena itulah perjalanan dari pesantren kepesantren yang lain merupakan salah dari bukti kealiman dan kecintaan beliau terhadap Ilmu Agama.

Pada awal kiprahnya dalam pesantren, beliau pernah menuntut ilmu di Pesantren Salafiyah Solo, Pesantren Sidogiri Pasuruan, dan banyak lagi guru beliau di beberapa daerah. hal tersebut atas kecintaan dalam belajar sebagai kaum santri lawas dalam membidik seorang guru yang alim dan juga demi mencari keberkahan (barokah), di antaranya beliau juga pernah berguru kepada Syekh Mahmud Al-Ayyubi dari Irak, Sayyid Abdurrahman bin Syihab Al-Habsy (Solo), Syekh Ismail dari Aceh, Syekh Abdullah bin Nuh dari Aceh ketika sedang di Yogyakarta.

Dalam dunia tilawah Al-Qur'an baik nasional maupun internasional, nama beliau selalu mengiri para peserta audisi untuk di teliti dan di ajarkan sebagaimana kepakaran beliau dalam ilmu Al-Qu'an dan nada-nada Al-Qur'an sehingga di percaya sebagai seorang yang mumpuni untuk menjawab dan menentukan para santri yang terbaik dalam Al-Qur'an.

PONDOK PESANTREN ILMU AL-QUR'AN SINGOSARI MALANG (Pondoknya KH. M Bashori Alwi)


Oleh : Shobri Al-Bukhori



Pondok Pesantren Ilmu Al-Qur'an Singosari Malang merupakan pondok pesantren yang sangat di segani dengan metode dan wujud pesantren yang kental dengan Ilmu Al-Qur'an, dan bagi santri di beberapa pesantren di Jawa Timur beranggapan bahwa pesantren asuhan KH Bashori Alwi ini memiliki tempat tersendiri dalam kehidupan pencinta Ilmu dan bagi mereka rasanya tidak lengkap Ilmu Alqu'anya jika tidak pernah untuk sejenak ataupun seterusnya belajar di Pesantren Singosari Malang tersebut.

Pondok Pesantren Ilmu Al-Qur'an atau PIQ Singosari malang ini merupakan lembaga pendidikan islm semi-salaf, di pesantren ini lantunan ayat Al-Qur'an yang iringi oleh suara merdu dan kefasihannya KH.M Bashori Alwi mengajarkan kepada segenap para santri dengan penuh sabar, tawaddu' dan ketokohannya sebagai seorang ulama' yang sangat di hormati sehinggabaik untuk diteladankan sebagai ulama' Al-Qur'an.

Adapun sejarah berdirinya Pondok Pesantren ini tidak lepas dari pengaruh KH M Bashori Alwi yang tergolong muda pada saat itu, dikisahkan pada tahun 1967-an semangat dan kegigihanya berkeliling mengajarkan ilmu al-Quran dari suatu tempat ketempat yang lainnya hingga pada suatu saat KH M Bashori Alwi mengajarkan Al-Qur'an di rumahnya dengan beberapa santri saja.

Majalis Al-Qur'an yang dijalankan oleh beliau tersebut menjadi sebuah keseharian yang dilakukan dengan istiqomah dan bertambah banyaknya para santri yang berdatangan untuk belajar dan mengharapkan berkah dari keteladannya sebagai seorang yang mencintai Al-Qur'an. pada tahun 1978 berdirilah pesantren Ilmu Al-Qur'an yang menjadi spirit Ilmu Agama dan Ilmu Al-Qur'an.

Sesuai dengan nama Pesantren tersebut, pesantren Ilmu Al-Qur'an yang dikenal pesantren KH Bashori Alwi Singosari malang ini, menjadi spirit metode pengajaran Ilmu Al-Qur'an di sebagian besar pondok pesantren, karena metode yang diterapakan dan ke-Kho-san (kekaromahannya) KH M Bashori Alwi sebagai pencetak Iltelktual Al-Qur'an, Qurro (Qori'-Qori'ah) dan para Khuffad yang sangat di mulyakan kehidupannya.


KH SYAIFUL ISLAM AL-PAYAGE (ELIMUS PAYAGE SEBAGAI MUTIARA ISLAM PAPUA)



(saat berdakwah, dunia islam bersinardenga mutiar hikmahnya foto dari http://www.elhooda.net/)
Oleh : Shobri Al Bukhori

KH Syaiful Islam Al-Payage SH.i lahir di Papua pada tanggal 4 1979, dana pada masa kecilnya dikenal dengan nama Elimus Payage yang merupakan anak dari seorang pendeta di Papua, nama payage dikenal luas semenjak menjadi seorang mu'allaf yang nyantri di Pondok Pesantren Sukorejo dan pada saat di pesantren di terima sebagai salah satu audisi Dai di stasiun TV TPI.

Elimus Payage menjadi mu'allah setelah berkenalan dengan H Baharuddin dan kekagumannya terhadap Al-Qur'an, keinginannya untuk melanjutkan studi di luar papua mengiri perjalanan religi Payage dan pada saat itulah H Baharuddin mengantarkan Payage ke salah satu ulama' di Jawa Timur yaitu KHR Ach Fawaid,

diceritakan bahwa kedatangan Payage sangat di nanti-nanti oleh KH Ach Fawaid pada saat itu, karena wasial KHR As'ad kepada KH Ach Fawaid untuk mendidik anak asli papua dan dijadikan sebagai juri dakwah untuk menyebarkan agama islam di papua, pada waktu itulah kalimat sahadat di kumandangkan.

hingga pada saat ini, setelah selesai nyantri dan menjadi salah satu anak asuh dari Ayahanda KHR Ach Fawaid As'ad  hingga mengenal islam yang dalam dengan ketekunanya pada saat dipesantren, juru dakwah tersebut di kenal sebagai ulama' terkemuka dan menjadi ketua MUI Papua. Payage atau yang dikenal dengan nama pemberian Ayahandanya dengan nama Syaiful Islam Al-Payage mendirikan pesantren  atau Pondok Pesantren Al-Payage Papua dan merupakan mutiara islam yang terdahsat.

PONPES AL-PAYAGE PAPUA (MUTIARA ISLAM PAPUA)


Oleh : Shobri Al Bukhori

Pondok Pesantren Al-Payage merupakan lembaga pendidikan islam atau pondok sebagaimana pola pendidikan yang berkembang di Indonesia, Pesantren Al-Payage ini berdiri dengan gagah di Jayapura Papua dan menjadikan pesantren ini sebagai Mutiara Islam yang di didirikan oleh kaum Pribumi Papua. Bangunan suci yang berdiri di atas tanah satu hektar tersebut bertempata di suatu desa Angkasa Pasir Dua Distrik Jayapura Utara.

Nama Pesantren Al-Payage di ambil dari nama pendiri dan sekaligus pengasuh Pesantren tersebut, berawal dari dakwah sampai kepedalaman papua dan tekad semenjak sebagai santri di Pesantren Sukorejo Situbondo di bawah asuhan KHR. Ach Fawaid As'ad, Payage menyebarkan dan mengenalkan Rahmatan Li Al-Alami (sebagai berkah bagi seluruh alam) didataran tanah papua yang membenatang.
Pada masa kecilnya, pendiri pesantren ini merupakan anak dari seorah tokoh terkemuka atau Pendeta di papua dan di kenal dengan nama Elimus Payage, perkenalannya dengan dunia islam berawal dari keinginannya untuk melanjutkan studi di luar papua dan kekagumannya terhadap lantunan Ayat Al-Qur'an. dan pada saat itulah, seorang pengusaha tersebut yang di kenal H Baharuddin mengantarkan Payage kepada seorang ulama' atau tokoh tersohor di Jawa Timur yaitu Alm KHR. Ach Fawaid As'ad Syamsul Arifin di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah.

Kedatangan Payage di Pesantren tersebut sudah di tunggu lama oleh KHR Achmad Fawaid As'ad, hal tersebut tidak lepas dari sebuah wasiat kyai sepuh atau KHR As'ad Syamsul Arifin untuk mendidik anak asli papua dan di jadikan sebagai juru dakwah, setelah dididiknya sudah terasa cukup agar di pulangkan kepapua untuk berdakwah di sana.


Setelah masuk Islamnya payage, nama elimus payage menjadi Syaiful Islam Payage yang mendasari dari nama tersebut sebagai senjatanya agama, kekuatan agama dan kilauan islam yang memutiarakan dengan kesejukan dan keheningan agama islam sebagai Rahmatan li al 'Alamin dan tanpa menghilang kedaerahan dan keberadaan asal usulnya dengan kelengkapan nama Syaiful Islam Al-Payage.

Pesantren Al-Payage yang di pimpin oleh KH Syaiful Islam Al-Payage tersebut merupakan pesantren yang berkembang dengan sistem salaf-moder, dengan unsur-unsur pendidikan agama dan pendidikan umum yang juga di terapkan di pesantren ini, untuk meningkatkan kecintaan mutu pendidikan masyarakat papua, diterapkan pendidikan gratis dan di samping itu, kepercayaan masyarakat lokal di tanah papua tetap selalu di jaga dan berupaya mewujudkan akulturasi dan asimalisasi kebudayaan menjadikan islamisasi.

hiasan inilah, mejadikan KH Syaiful Islam Al-Payage sebagai ulama' tersohor dan pada saat ini di percaya sebagai ketua MUI Papua. adapun pendidikan yang berkembang dipesantren ini pada saat ini mampu menyeimbangin nilai-nilai sosial dan nilai-nilai kultur kebudayaan masyarakat pribumi papua yang sangan kentak dengan titah leluhurnya, dari itulah pengenalan islam melalui pendidikan dan jalur dakwah hingga ke pelosok papua. jazakumullah


*Shobri Al Bukhori di kenal sebagai aktorFilm Dokuminter. Alumni Sukorejo dan pada saat ini sedang menempuh Perguruan Tinggi di Pesantren Darul Ulum Jombang.


SANTRI BIKIN PRESIDEN JOKOWI TERPINGKAL-PINGKAL



Peringatan Isro' Mi'roj di Pondok Pesantren API Tegalrejo Jateng Rabu (4/5/2016) yang di hadiri oleh Presiden RI Joko Widodo berlangsung dengan semangat para ribuan santri yang hadir di acara tersebut, pada saat kunjungan president dan dalam sambutannya di Isro' Mi'roj ini terbawa dengan ramai dan lucunya para santri yang mebuat Jokowi dan semua yang hadirin tertawa terbahak bahak.

Suasana itu terjadi disaat Jokowi memberikan pertanyaan kepada semua Santri yang menjawab dengan imbalan sepeda gunung gratis kepada santri, dan pada saat itulah, santri yang ditunjuk justru meberikan suasana galak tawa karena  grogi menjawab di samping Jokowi.

salah satu santri yang mebuat heboh suasana santri pada saat itu ketika disuruh menyebutkan tiga nama mentri di kabinet kerja pada saat ini, "hayo siapa yang berani jawab.." kata jokowi. sontak saat itu, salah satu santri kecil di tunjuk untuk menjawab, santri tersebut menjawab dengan percaya diri dan  menyebutkan tiga mentri tersebut adalah Megawati, Ahok dan Prabowo. kontan seketika para hadirin dan Jokowi ketawa terbahak-bahak.

tidak  hanya itu saja, hampir semua yang ditunjuk untuk menjawab pertanyaan jokowi membuat lucu suasana Isro' Mi'roj di Ponpes Api Tegalrejo, sebagaimana dalam dunia pesantren, ala santri selalu memberikan hiburan yang tersendiri, dan renungan rohani tersebut mengalir dalam tasbih. kehadiran Jokowi dengan menggunakan pakaian ala santri, kopyah hitam dan bersarung turut di dampingi oleh sejumlah mentri dan pejabat daerah.




PONDOK PESANTREN API TEGALREJO MAGELANG


Pondok Pesantren Api Tegalrejo Magelang Jawa Tengah, merupakan Pondok Pesantren yang berdiri pada tahun 1944 M oleh KH Chudlori, ulama' kharismatik yang sangat disegani kealimananya dan dibelaian sang guru inilah lahirnya pemimpin, bangsawan, budayawan sebagaimana KH Abdurrahman Wahid (Presiden RI ke-4) pernah nyantri di pesantren ini, dan juga hingga saat ini terdapatnya ribuan santri yang mengenyam pendidika di Pondok API Salaf Tegalrejo.

Nama Pesantren Api Tegalrejo ini menunjukkan cikal bakal berdirinya pesantren dan letak geografis pesantren ini berdiri, nama API merupakan singkatan dari Asrama Perguruan Islam, Adapun Tegalrejo merupakan tempat berdirinya pesantren ini, yang berada disebuah desa yang dikenal dengan nama pesantren. sebagaimana pesantren pada umunya, nama tempat berdirinya pesantren tersebut menjadi suatu hal yang mengawali Pribuisasi Islam Pesantren yang mengakar pada Masyarakat Desa.

Pesantren salaf-modern ini merupakan latar belakang dari perjuangan KH Chudlori terhadap jihat li I'lai Kalimatillah dimana pada saat itu kondisi masyarakat tegalrejo tidak tertata akan nilai-nilai rohani dan jauhnya dari nilai-nilai islami dalam prilaku sosial, sehingga membuat rusaknya moralitas masyarakat dan melambungnnya kesyrikan.

Dari sinilah, kalimat jihat Li I'lai Kalimatillah mengawali terbentuknya Pesantren Tegalrejo, nama pesantren ini di ambil setelah KH Chudlori melakukan Istikhoroh dan beberapa pendapat dari para ulama' lainya untuk menetapkan pundi-pundi agama yang pada masanya berdiri tegak sebuah arsitektur pendidikan Islam Nusantara (Pesantren) API Salaf Tegalrejo.

setelah berdirinya Asrama Pendidikan Islam Tegalrejo, pada mulanya santri di pesantren ini hanya berjumlah delapan Orang, tetapi hal tersebut tidak menghilangkan semangat Jihat Kyai Kholori dalam menyebarkan kalimat Allah SWT, hingga tiga tahun kemudian pesantren Api Tegalrejo jumlah santri bertambah pesat menjadi sekitar 300 santri yang di iringi oleh semangat masyarakat sekitar untuk memondokkan putranya, bermukim dan belajar didalam Pesantren.

hiruk-pikuk perjalan Pesantren Tegalrejo mulai mengalami kendala yang besar sebagaimana pesantren-pesantren tua yang lainya, pada tahun 1948, terjadi agresi meliter Belanda di Indonesia, dan pesantren ini menjadi target dari belanda sehingga menghanguskan bangunan Pesantren  menjadi rata oleh tanah dan sejumlah kitab-kitab milik KH Chudlori dibakar oleh pihak Belanda.


walaupun Hancurnya Bangunan Pesantren dan terhagusnya kitab-kitab milik KH Chudlori dalam mengamalkan ilmu kepada santri, hal tersebut tidak mematahkan semangat  KH Chudlori dalam memberikan ta'lim kepada santrinya dengan cara berpindak kesuatu tempat yang tidak dikuasai oleh Pihak Belanda, seperti itulah Ilmu tidak akan hilang dan terus bertambah hingga menyatu dengan seorang yang alim menjadi satu kesatuan pondasi kehidupan seorang ulama'.

pada tahun 1949, di saat pasca kemerdekaan NKRI mampu mengusir penjajah di tanah air dan terciptanya kedamaian terhadap masyarakat, KH Chudlori merintis kembali pesnatren tegalrejo dengan tetap memberikan ta'lim kepada santri dan hingga sampai pada tahun 1977 jumlah santri tegalrejo mampu mencapai 1500-an. dan pada tahun 2016 ini dipesantren tegalrejo terdapat ribuan,santri yang belajar dipesantren tegalrejo dan ribuan alumninya menyebar di Nusantara. sebagimana kehadiran Presiden RI Joko Widodo pada mumentum Isro' Mi'roj pada tanggal 3 mai 2016, yang di hiasi dengan hiburan ala santri dan ketenagan lahir bathin.


BIOGRAFI KH MAHRUS ALI LIRBOYO (Tokoh Sentral dibalik KHITTOH NU 1926)

  
Oleh : Badrut Tamam Bukhori

KH Mahrus Ali Lirboyo, ulama' karismatik dan merupakan sosok ulama' khos yang sangat ditakdimi dan disegani oleh kalangan Nahdiyyin, pada tahun 1986 di saat gencar-gencarnya NU untuk kembali ke-khittoh dan menarik diri dari partai politik sekaligus kembali menjadikan ormas NU sebagai sentral keagamaan masyarakat, peran KH Mahrus Ali merupakan salah satu tokoh sentral di balik Khittoh situbondo bersama KH.R. As'ad Syamsul Arifin (Situbondo) dan KH Ali Maksum (Yogyakarta).

KH Mahrus Ali terlahir dari kalangan keluarga Pesantren di Jawa Barat dan dipesantren tempat kelahiran beliau inilah kentalnya pembelajaran Ilmu agama membawa kepribadian seseorang terhadap terangnya peradaban Islam Nusantara. kajian kitab klasik (kitab kuning) menjadi konsumsi keseharian kaum santri. maka tidak heran disaat masih remaja, Mahrus kecil sudah hafal Alfiyah 1000 bait.

KH Mahrus Ali lahir di Dusun Gedongan Kab Cirebon Jawa Barat, dari pasangan KH Ali bin Abdul Aziz dan Nyai  Hasinah Binti Said pada tahun 1906,  pada masa kecilnya dikenal dengan nama Rusdi dan merupakan anak Bungsu dari sembilan saudara, dan kakaknya yang dikenal KH Afif terlahir sebagai seorang yang cinta dan mempunyai  kegemarannya dibidang ilmu pengetahuan, KH Mahrus Ali belajar langsung kepada kakaknya dan Ayahnya KH Ali.

Suatu ketika dipesantren tempat KH Mahrus Ali, diadakan lomba debat kitab kuning dan khazanah Ilmu pesantren tersebut menjadi suatu dinamika yang mampu mempengaruhi bakat belajar yang kental akan ilmu tentang kepesantrenan, KH Mahrus Ali pada saat itu ikut serta dalam perlombaan tetapi beliau kalah dan merasa malu sebagai seseorang yang terlahir dari keluarga Pesantren. atas hal itu, Mahrus Ali berpamitan kepada keluarganya untuk pergi meninggalkan pesantrennya dan menuntut ilmu ditempat yang lain.

Seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya hanya bisa merestui keinginan baik dari mahrus kecil dan sangat menghawatirkan keberadaanya kelak sebagaimana Ibu yang melahirkan dan membesarkan dengan kecintaannya akan titipan Allah SWT. Sepanjang waktu dalam setiap detiknya bermunajat untuk memohon agar Mahrus menjadi seseorang yang alim akan Ilmu agama.

Setelah bepergiannya, KH Mahrus Ali dari tanah kelahirannya untuk menuntut Ilmu dari pesantren kepesantren sebagaimana kebiasaan santri yang kental dan gemar akan pembelajaran Ilmu (Utlhubu al-Ilma Wa Lawbissin), dipesantren yang akan disinggahi oleh KH Mahrus Ali kecil tersyiar dikalangan santri, akan datang seseorang yang waktunya dia merupakan orang yang sangat alim dan ahli dalam bidang Fiqih dan Nahwu.

Perjalanan menuntut ilmu KH Mahrus Ali sudah mulai teruji dan tampak pada keseharian dunia Pesantren dan hal tersebut tidak membuat Mahrus Ali berbesar hati dan tetap dengan ketawwadhu’an sebagaimana dalam ajaran kitab Ta’limul Muta’allim menjadikan beliau seseorang yang sangat di segani kealimannya, dibawah asuhan gurunya KH Kholil pengasuh  Pondok Pesantren Panggung Tegal Jawa Tengah, yang nyantri pada tahun 1929.

Sekitar lima tahun dipesantren Panggung Tegal Jawa Tengah, KH Mahrus Ali memperdalam ilmu agama dan pernah menjadi lurah pesantren, beliau berpamitan kepada Gurunya untuk kembali ke Cirebon, dan ketika KH Mahrus Ali pulang ditempat kelahirannya, tidak lama dari tempat dia berdiam, kehendak untuk memperdalam Ilmu masih tidak bisa dinafikan, hingga beliau berpamitan kepada keluarganya untuk kembali bermusyafir kepesantren yang lain.

Do’a dari seorang Ibu untuk anaknya agar menjadi seseorang yang alim pada masanya terus mengalir, bak alunan surga yang tak hentinya mendiami kehidupan seorang santri dalam mendalami kedalaman Ilmunya, hingga disaat Mahrus Ali nyantri dan hendak tabarrukan dengan seorang ulama’ pada tahun 1936 M, di Pondok Pesantren Lirboyo Jawa Timur, yang merupakan pesantren besar dan tertua, yang kental dengan dunia salafnya dan produktif dalam dunia penulisan dan nalar logika, Mahrus Ali sangat disayang dan segani atas kealiman oleh Gurunya  KH Abdul Karim.

Hingga pada tahun 1938 M, di Pesantren Lirboyo, keseganan Guru dan kecintaan menjadikan Mahrus Ali di angkat menjadi menantunya oleh KH  Abdul Karim dengan seorang wanita sholehah dengan nama Zainab dan pada suatu masa dari seorang ibu tersebut terlahir keturunan sebagai seseorang yang alim, pemimpin dan ulama’ Nusantara, dengan do’anya mengalir alunan surga dalam keindahan Ilmu Agama..

KH Mahrus Ali dan Perjuangan NKRI

TIGA TOKOH SENTRAL DAN ULAMA' KARISMATIK DI BALIK KHITTAH NU KE-1926



Alm KH Mahrus Ali (Cirebon/Lirboyo), KHR As'ad (Situbondo) dan KH Ali Maksum (Yogyakarta)
(foto dari www.fiqhmenjawab.net

Menyambut hari jadi NU di bumi Nusantara, menjadikan NU sebagai ormas yang sangat berpengaruh terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI Seotuhnya). pada Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada tahun 1984 menjadi salah satu dinamika terbesar dalam sejarah NU, dimana perang Idiologi dan Perpolitikan Negara menguatkan akan peran NU secara rinci, landasan berpikir dan landasan bertindak NU ialah Ahlussunnah wal Jama'ah menjadi sebuah kombinasi kepemimpinan hubungan Islam dan Negara.

kembalinya NU sebagai basis Masyarakat yang menegedepankan nilai-nilai Humanis tanpa mengecualikan sebagai masyarakat sebuah bangsa, menjadikan Ormas NU tanpa disadari memunculkan bibit kepemimpinan yang Nasionalis dan kaya dalam spritual yang akhir-akhir ini disebut sebagai Islam Nusantara yang terlahir atas kesatuan dan pembaharuan hukum konstitusi dan Syariat.

ada dua hal yang menggambarkan keseriusan NU dalam mengawal NKRI yang seutuhnya ini, pertama menerimanya NU terhadap asas Pancasila dan satu-satunya Ormas Islam yang tidak menentang pada saat itu, mebuka sebuah ruang idiologi masyarakat dalam sebuah Negara tanpa mengesampingka Idiologi Islam yang absolut.

kedua dari keterlibatan NU pada momentum Khittoh NU tersebut ialah keabsahan sebuah Negara dan kepemimpinan Nasional sebagai bangsa yang berdaulat tidak mempertantangkan dan justru dari sebaliknya eberadaan NU mengarah kepada Civil Sociaty dalam pembangunan Masyarakat yang bermoral dan ber-ahlakul karimah dengan kombinasi Islam dan Indonesia.

dibalik kembalinya NU ke Khittoh  26 di Situbondo pada tahun 1984 tersebut, ada ulama' khos yang dikenal sebagai ulama' karismatik di balik tokoh-tokoh muda yang pada masanya menjadi bagian dari kepemimpinan Bangsa yang sangat berpengaruh dan berperan besar pada saat itu.

selanjutnya di wisatapesantren.blogspot.com